Satu “SendoK Teh” Obat bagi Anak



Ketika nulis artikel ini saya bermaksud mengkritisi dan meluruskan kebiasaan yang mungkin kadang kurang diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih karena saya juga seorang tenaga kesehatan maka secara tidak langsung juga mempunyai tanggung jawab secara jiwa dan moral, sebenarnya artikel ini sudah lama ditulis mungkin 3-4 bulan yang lalu tapi tidak kunjung rampung karena berbagai hal, termasuk didalamnya virus malas (koler = bhsa.Banjar) jadi tidak kunjung dipostingkan, dan mungkin ini jadi posting pertama saya di tahun 2012.

Sebelum lebih dalam saya akan menceritakan  sebuah ilustrasi yang  ada di kehidupan kita..

“Ada cerita seorang ibu sebut saja namanya  Lili yang telah membawa anaknya berobat ke puskesmas karena batuk, dipuskesmas diberi obat batuk dalam bentuk syirup dengan anjuran pemakaian 3 kali sehari satu sendok teh, tetapi setelah beberapa hari anaknya tidak kunjung sembuh, selidik punya selidik ternyata ibu Lili tidak menuangkan obat dengan takaran yang benar, sendok yang dipakainya bukan sendok teh, tapi sendok apapun yang bisa diraihnya, kadang sendok makan dengan mengisinya separo atau sepertiga yang dimatanya tampak satu sendok teh.. “

Berdasarkan ilustrasi diatas ada pelajaran yang dapat kita ambil bahwa ketepatan dalam pemberian dosis sangat berpengaruh besar terhadap kesembuhan. Tanpa kita sadari sebenarnya obat yang kita minum adalah  zat racun yang apabila digunakan sesuai dosis menjadi obat dan apabila berlebihan akan menjadi racun, jadi sangat perlu kehati-hatian, obat juga sangat berpengaruh terhadap hati karena obat yang tidak sesuai dosi akan memperberat bebean kerja hati dan mengakibatkan hati bisa mengalami masalah.

Mark Wisdome MD, seorang professor dalam kedokteran anak  di Pennsylvania State University’s Collage of Medicine di Hersley (AS), sekaligus  anggota penasehat majalah “Parents” menegaskan bahwa yang disebut satu sendok the obat seharusnya berukuran 5 mililiter (5cc). Sementara ukuran sendok the biasa sangat beragam, antara 4 cc-9 cc.  Padahal, jika obat setiap kali diberikan kurang dari 5 cc hasilnya kurang efektif, sebaliknya bila kebanyakan (lebih dari 5 cc) bisa berbahaya.


Jadi sebaiknya gunakan sendok ukuran obat yang sebenarnya. Di situ tertera garis dan ukuran  5cc (untuk 1 sendok teh), dan garis 2,5 cc (untuk setengah sendok teh).  Tetapi bila anak anda  masih bayi gunakan pipet yang memiliki ukuran milliliter untuk memudahkan dalam pemberian obat. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah dalam memerlakukan obat , terutama yang berbentuk cairan. Pada labelnya tertera tulisan “Kocok Lebih Dahulu”,orang tua kadang mengabaikan perintah itu padahal di balik perintah itu ada alasan agar menyebarkan zat-zat aktif didalamnya. Kalau tidak, menurut  F Lane France MD, (professor  kedokteran anak di University of South Florida School of Medicine di Tampa) maka dua pertiga dosis pertama akan lebih ringan  dari seharusnya dan sepertiga sisanya akan sangat kuat, sehingga membahayakan anak.


Ingat Efek Samping  
Dalam soal obat memang perlu kehati-hatian, orang tua kadang  malas untuk membaca  keterangan yang terlampir dalam kemasan obat yang bisa mengakibatkan dampak buruk bagi anak. Di luar itu, obat-obatan dengan formula untuk beragam penyakit biasanya agak berlebih-lebihan. Misalnya orang tua ingin mengobati gejala sakit tenggorokan pada anak , tetapi di dalam formula  juga terdapat antihistamin  yang mengobati reaksi alergi dan gejala demam. Contoh lain, ketika anak demam dan diberi obat demam yang ada kandungan acetaminophen (untuk mengatasi rasa sakit dan demam), jangan lagi diberi acetaminophen karena itu bisa membuat dia overdosis.


Untuk menghindari kejadian seperti itu maka ada baiknya kita jangan terlalu banyak menyimpan obat-obatan bebas terutama yang tidak terlalu diperluka dirumah. Sebab itu membuat kita ringan tangan untuk mengambil dan memberikanya pada anak begitu gejala sakit muncul.Hati-hati juga dalam membaca label formula, ada yang untuk bayi (infant formula), ada yang untuk anak (children formula). Jika tertukar bisa berbahaya karena  berbeda kekuatan formulanya satu sama lain, Hindari juga penggunaan  obat untuk milik orang dewasa untuk diberikalahn kepada anak tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter. Kesalahan dalam pemeberian dosis dalam waktu yang lama bisa mengakibat kan masalah hati yang serius. Pada sebagian obat anak ada yang label perintah pengunaan berdasar tinggi tubuh dan berat badan dan ini perlu diperhatikan agar jangan sampai keliru.


Perhatikan Masa Berlakunya
Setiap obat punya masa berlaku yang beragam, yang satu mungkin masa berlakunya lebih cepat di banding obat yang lainnya, mungkin secara sederhana dapat kita ibaratkan seperti obat yang berbentuk sirup akan mudah berubah masa berlakunya sesudah pemakaiaan/terbuka dibanding obat yang berbentuk kemasan strip. Sehingga perlu kehati-hatian dari orang tua untuk pengawasan. Untuk menghindarai  terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka ada baiknya kita memeriksa masa berlaku obat persediaan kita dirumah. Buang obat-obat yang sudah lewat atau hamper lewat masa berlakunya. Kalau ragu-ragu misalnya karena tulisannya yang sudah memudar lebih baik buang saja , tidak ada untungnya juga menyimpan obat yang meragukan.

Yang penting juga jangan sekali-kali memindahkan obat ke dalam wadah obat yang satu kewadah obat yang lain, tapi gunakan lah kemasan aslinya kalau pun mau  memindahkan juga maka berilah label/nama obat pada kemasan yang dipindakan sehingga tidak membingungkan pada orang lain yang sewaktu-waktu memerlukan obat tersebut. Jika dalam 2 atau 3 hari, gejala yang muncul tidak juga menghilang dengan obat-oabatan persediaan( obat bebas) maka alangkah baiknya tidak melanjutkan dan memeriksakan anak tempat kesehatan terdekat . Semoga bermanfaaat.

Kesehatan adalah anugrah yang kita sering lupa untuk bersyukur, kita baru sadar apabila kita sudah sakit, maka bersyukurlah sewaktu kita masih sehat”

Sumber:
Kasih Yang Menyembuhkan (Peran Keluarga Dalam Menangani Penyakit), 2007. PT  Kompas Media Nusantara. Jakarta : Penerbit Buku Kompas

Share/Save/Bookmark